Al Balkhi menjabarkan; tubuh kehilangan kesehatan karena faktor eksternal dan internal. Dengan cara yang sama beliau menjabarkan jiwa juga dapat terdampak faktor eksternal dan internal. Eksternal mencakup apa yang dilihat, apa yang didengar, kejadian menakutkan, perkataan memalukan. Internal mencakup apa yang dipikirkan hingga membawanya kepada kemarahan, kesedihan atau bahkan ketakutan. Selengkapnya di Prolog klik disini
Jika kamu tertarik untuk membaca buku “Sustenance of the Soul” secara langsung, akan sangat lebih baik š Silakan akses di http://www.iiit.org atau dapat juga diakses di Google books (dengan judul: Abu Zayd al-Balkhi’s Sustenance of the Soul: The cognitive Behavior Therapy of a Ninth Century Physician)
Sedangkan alasan saya mencoba menuliskan apa-apa yang saya dapatkan dari buku pada blog ini, (1) supaya bisa ‘agak’ lebih detail (dibanding saya mempublikasikannya melalui caption di Instagram atau review singkat di Goodreads.com), (2) tentunya untuk dapat saya akses kapanpun saya merasa butuh (3) dalam menjaga kesehatan mental, ternyata ada ilmu sederhananya, untuk kamu dan untuk saya.Diskusi, masukan dan saran dari kamu, mungkin saja akan sangat membantu untuk perkembangan ilmu psikologi dan pengembangan sumber daya manusia di masa depan š kontak saya di sakinatur@gmail.com
Sustenance of the Soul terdiri dari 8 chapter.
Chapter 1. Seberapa Penting Kesehatan Mental?
Unsur kita terdiri dari tubuh dan jiwa. Kita terikat untuk menghadapi setiap bagian dari kesehatan tubuh dan jiwa. Gejala-gejala yang mengganggu kesehatan tubuh diantaranya: demam, sakit kepala, nyeri. Gejala-gejala psikologis yang mengganggu kesehatan jiwa diantaranya: marah, duka cita, rasa takut, panik.Gejala-gejala psikologis mempengaruhi manusia dengan porsi lebih banyak dibanding gejala-gejala yang mengganggu kesehatan tubuh. Bahkan ada individu yang sepanjang hayatnya sehat fisik. Dan tidak ada satupun individu sepanjang hayatnya tidak merasakan gejala-gejala psikologis (merasa stres, sedih, marah, takut, panik dan semacamnya). Diantara kita, ada yang merespon dengan mudah menghadapi rasa stres dan ada yang menghadapi kesedihan dengan kesulitan yang mendalam.Karena alasan tersebut, seharusnya tidak ada satupun (dari kita) yang tidak mempedulikan kesehatan jiwa atau lalai dalam melindungi jiwanya dari gangguan kecemasan dan mengarahkannya kepada kehidupan yang tidak bahagia.
Karena alasan tersebut, seharusnya tidak ada satupun (dari kita) yang tidak mempedulikan kesehatan jiwa atau lalai dalam melindungi jiwanya dari gangguan kecemasan dan mengarahkannya kepada kehidupan yang tidak bahagia.
Chapter 2. Nutrisi bagi Kesehatan Mental
Kesehatan tubuh didukung oleh konsumsi makanan sehat dan pengobatan ketika sakit. Untuk menjaga kesehatan tubuh dibutuhkan dua cara (internal dan eksternal), begitu juga kesehatan jiwa.Untuk meningkatkan kesehatan jiwa, kita harus memulai dari memelihara kesejahteraan jiwanya. Menjaga kesehatan jiwa secara eksternal contohnya menjaga apa yang didengar dan apa yang dilihat yang memungkinkan mengganggu kita, menimbulkan kemarahan, panik, takut atau kesedihan.Sedangkan menjaga kesehatan jiwa secara internal berarti menjaga jiwa dari gangguan pikiran negatif. Dua metode menjaga kesehatan jiwa secara internal. (1) Ketika jiwa sedang merasa tenang, sedang tidak merasa bergejolak, kita harus meyakinkan pikiran, bahwa dunia ini tidak diciptakan untuk mendapatkan segala yang diinginkan tanpa merasakan kegelisahan dan merasakan kekhawatiran. (2) Setelah meyakinkan diri, kita harus menyadari bahwa sifat kehidupan di dunia tidak bisa dipisahkan dari yang sudah ditentukan Allah.Dua hal tersebut adalah prinsip dasar (dalam status sosial apapun) kita dapat bertoleransi/menerima apa yang sudah menjadi ketetapanNya, dan belajar untuk mengabaikan kekhawatiran yang menggusarkan pikiran.Kita harus melatih diri untuk tidak bertindak reaktif atas insiden-insiden kecil yang menimpa. Ketika kita terus melatih dirinya untuk menerima atau bertoleransi atas insiden-insiden kecil, pada waktunya berangsur-angsur latihan tersebut sudah menjadi kebiasaan dan ketika bertemu dengan insiden-insiden atau kejadian hidup yang lebih besar (yang tidak mengenakkan hati) kita menjadi lebih kuat.Untuk melaksanakan dua metode internal ini, sebisa mungkin kita sudah memahami diri sendiri tentang tingkat kesabaran/ketabahan yang dapat ditahannya (karena setiap individu memiliki tingkat ketabahan yang berbeda-beda). Jika sudah memahami seberapa tingkat ketabahan/kesabaran dirinya sendiri, kita dapat memutuskan persoalan seperti apa yang dapat dihadapi sendiri dan persoalan seperti apa yang harusnya dihindari (atau meminta pertolongan orang lain dalam menangani agar tidak terjatuh pada penyakit jiwa, atau masalah yang lebih buruk lagi).Bagaimanapun, mengetahui apa yang dapat dilakukan menyebabkan hidup yang lebih damai, jiwa yang sehat dan kehidupan yang bahagia.
Chapter 3. Mengembalikan Kesehatan Mental jika terlanjur Tidak Tenang
a. Lindungi jiwa dari kejadian internal/eksternal yang mengganggu dan jaga jiwa pada kondisi terbaik yang memungkinkan.
b. Cari bantuan / dengarkan nasehat / diskusi dengan terapis atau konselor
c. Kalau sudah benar-benar tidak mampu berpikir jernih, cari psikolog
d. P3K nya penyakit psikologis adalah berpikir positif (positive thinking)
Chapter 4. Mengklasifikasi berbagai Gejala Psikologis
Secara garis besar, gejala psikologis dibagi menjadi 4:
(1) Kemarahan,
(2) Takut, Fobia dan Panik,
(3) Kesedihan, Depresi dan Keluh kesah
(4) Bisikan berulang dan Ucapan batin yang merasuki/menghantui.
Chapter 5. Bagaimana Menyingkirkan Kemarahan?
Ditegaskan bahwa kemarahan adalah gejala psikologis negatif yang menghasilkan stres. Ketika seseorang marah, dia menempatkan dirinya pada kondisi kegamangan yang meningkatkan sirkulasi darah, mengubah warna wajah/muka, meningkatkan suhu badan, bahkan menyebabkan pergerakan tubuh yang tidak terkendali (membanting, menyakiti diri sendiri atau merusak dan berperilaku zholim tidak pada tempatnya). Bagaimana cara menetralkan kemarahan?
a. Kemarahan datang dari seseorang yang tidak toleran dan mudah marah. Untuk menetralkannya dibutuhkan penasihat (eksternal, di luar dirinya sendiri) dan pendekatan treatment oleh diri sendiri (internal).
1) Penasihat eksternal. Baik orang biasa atau raja mengangkat atau mendelegasikan seseorang yang bijaksana untuk selalu menemaninya. Misal ada rakyatnya atau seseorang (bawahan) yang berbuat salah, orang bijaksana atau penasihatnya tersebut mengetengahkan permasalahan agar hukuman berdasarkan porsi yang sesuai atau tidak terdampak dari kemarahan raja. Untuk meredam kemarahan seseorang butuh penasihat di sampingnya.
2) Internal mental manuver: resisting anger on its first appearance. Begitu kemarahan muncul, langsung dihilangkan. (ini seperti kisah dibalik Tafsir Qs.Ali Imran ayat 133-134 ya..)
b. Memikirkan sakit fisik yang timbul akibat kemarahan. Darah tinggi, serangan jantung, stroke dini, dst.
c. Membayangkan perasaan intens atau malunya penyesalan perasaan yang mendalam ketika selesai meluapkan kemarahan. (“kenapa kok begitu aja, aku marah ya?”)
d. Berpikir positif; positive thinking dalam bentuk kesabaran dan pemaafan
e. Ketika melakukan mental manuver, dengan sadar, cercaan atau cacian kuat dengan pasti merusak relasi hangat dengan orang yang dicerca atau dicaci atau yg dimarahi
f. Menyadari bahwa memaafkan kesalahan kecil akan mengisi hati dengan cinta yang murni dan murah hati atau berkasih sayang. Ketaatan atau kepatuhan kepada seseorang yang hampir marah akan berjalan alami. Karena ada dua jenis kepatuhan, kepatuhan karena rasa sayang dan kepatuhan karena ketakutan. Tentu saja kepatuhan atas dasar rasa ketakutan atau terintimidasi tidak berdasarkan rasa cinta dan kasih sayang, dan hubungan yang seperti ini merupakan hubungan yang kaku
g. Ketika marah dengan seseorang, ingat kebaikannya.
Selanjutnya..
6. Menenangkan Rasa Takut, Fobia dan Panik
7. Metode-metode menghadapi Rasa Sedih (harian & yg datang tiba-tiba), Depresi dan Keluh Kesah
8. Mental maneuvers untuk Menangkis Bisikan berulang dan Ucapan batin yang merasuki/menghantui.