Jangan di-skip iklannya..

Aktif banget di YouTube, bukan YouTubers sih, tapi nyatanya kita adalah seorang konsumen dan saya yakin, kita adalah bagian dari mayoritas.. Saya percaya sih, segala sesuatu itu pasti ada imbalannya, when you do something, if its good, good will come to you later, and up-side down. Ketika kita melakukan suatu hal yang baik, hal baik lainnya akan datang, dan juga sebaliknya. Semacam ‘karma’ baik memanen yang baik-baik aja, juga sebaliknya.

Bukan berarti ‘melakukan hal baik’ dalam dunia per-YouTube-an itu, kita harus jadi creator video di YouTube ya. Gak sama sekali memaksa nih. Saya sendiri memang punya channel YouTube sih, tapi ngga pernah upload video. Jadi creator video di YouTube mah agak berat, butuh teknologi dan waktu yg agak sedikit menguras tenaga. Kecuali kamu punya passion, monggo dah nyebur sekalian.Tapi inget ya nge-YouTube kalau ngga passion, kalau ngga cinta, ngga punya niat yang kuat, maka ngga akan bertahan lama. Percaya deh sama saya. Sakjane jadi penonton aja cukup kok. Serius deh. Channel YouTube saya isinya playlist doang  hehe, sekedar penonton. Tapi…

Tapi harus (harus banget), jadi penonton yang cerdas dan ikut membangun konten-konten yang berbobot. Sebenernya gini yah sepengetahuan saya, ada permintaan ada penawaran. Memang sih awalnya penawaran dulu muncul, terus kalau pasar merespon dengan menunjukkan hasil penjualan tinggi dan cepat, otomatis berbodong-bondong si produser atau katakanlah si pemasok barang akan nyediain. Nah sistem di dunia hiburan juga gitu, sama. Apanih yang lagi ngetrend, ya yaudah itu yang diproduksi. Ampe orang-orang pada bosen, nah baru itu dibuang.. gitu sih senangkep saya. Nangkep ngga?

Dunia per-YouTube-an sebenere dunia perdagangan juga. Misal nih, waktu itu lagi booming banget Mukbang Yuka Kinoshita. Terus beberapa hari kemudian saya banyak nemuin mukbang-mukbang lainnya gak cuma di YouTube, tapi juga di Instagram. (Tau mukbang gak? coba search aja di google: mukbang Yuka kinoshita, kamu generasi melek teknologi, ‘kan?) Juga pas jaman entah saya lupa tahun dua ribu berapa, kayaknya baru kemarin sih, yang ada video pineapple-pen, ya intinya gak cuma orang Indonesia kok yang latah, manusia sedunia hampir semuanya latah. Gak cuma pemuda pada latah tiktok, manusia latah udah dari dulu. Bentuk-bentuk latah nya aja yang beda.

Jadi kami kan pernah nih berkunjung ke sebuah desa, di desa itu engga nemuin suatu buah. Nah buah ini ga ada yang menanam ternyata, terus ayah saya nanya (kepo dong ke orang desa yang kami kunjungi) kenapa kok ga ditanam aja, kan bagus manfaatnya, singkat cerita ga ditanam karena diduga gak laku, kalaupun laku nilai jualnya rendah. Eh semua orang yaudah deh sama, latah nanem buah yang laku aja. Nah pas dicari si buah tersebut, jadilah mahal. Tapi mekanisme pasar emang kaya gitu sih. Mengenai laku-ngga laku, murah dan mahal, kondisi dan situasi, nanti deh kapan-kapan kita bahas di lain tulisan. Tapi ini sebenarnya hal yang mendasar sih kalau kamu belajar IPS ♥

Jadi bagaimana caranya supaya menjadi penonton yang cerdas dan ikut membangun konten-konten yang berbobot? Kalau versi saya sih gini sob..

  1. ikut komentar yg baik-baik aja bahasa nya ya. Kalaupun terpaksanya mengkritik, kritiklah dengan cara yang sopan. Balikin ke kita nya lagi sih, kalau ngga suka dikasarin ya ngga usah main kasarlah ya..
  2. Di-like video nya, like video di sebuah channel itu membangun si channel tsb. Yang padahal kalau dipikir mah, ngga terlalu ngeluarin usaha bagi yang nge-like, gratis malah. Nek beneran kamu mau ‘membangun’ atau mendukung channel itu, di-like aja deh.
  3. Subscribe wah ini lebay banget sampe berlangganan segala(?) (gak harus nyalain notif nya juga sih, kalau niatmu mendukung channel tersebut, ya subscribe aja. Ngga mesti nunggu channel nya sempurna, kalau kata Pak Arif Zulkifli (Pem-Red Majalah Tempo) merujukke kata orang bijak “Buku yang sempurna adalah buku yang tak pernah ditulis”. Sama, sebelas dua belas sih menurut saya, karya/video yang sempurna adalah karya ataupun video yang ngga pernah dibuat. (gak akan keganggu kalau notif nya ga diaktifkan walaupun kalian Subscribe sebanyak-banyaknya)
  4. Share apa yg udah kamu tonton, biar orang ikut nonton yg baik-baik juga.. kadang orang nonton yg ga baik-baik bukan karena dia jahat, dia gaptek aja ga tau cara nyari konten yg baik, karena ga ada yg ngajarin juga sih. Share nya dimana Kak? yaampun sekarang itu kan byk bgt fitur-fitur di media sosial yang nyediain “klik link dibawah ini ya” contohnya WhatsApp, mau di chat, mau di WhatsApp story, semua bisa kasih tautan link. Instagram, klik link di bio. Line juga bisa lewat Timeline. Dan banyak juga yang lainnya.
  5. Nah yg terakhir kalau ada iklan itu jangan di-skip.

Kalau kamu suka kontennya, apalagi mendidik, nek ada iklan tuh, ditungguin dulu sampai iklannya habis.. bersabar dikit nungguin si iklan.. begitulah cara membangun sebuah channel YouTube agar dia tetap bertahan ditengah dunia per-YouTube-an yg semakin ramai dan butuh biaya buat bikin konten. Iklan ngga di-skip itu menghasilkan uang, singkatnya gitu. Udah ya gitu aja.

Maaf terlalu banyak opini, lebih lanjut, nanti dilain waktu in sya Allah bahas semacam beginian lagi. Juga maaf nulisnya belum terjadwal, soalnya lagi banyak persiapan ujian juga sih, bulan Agustus bulannya saya ujian, malam ini Alhamdulillah bisa nyelesain satu draft, yaitu tulisan ini, karena besok libur, yeey, penerimaan siswa baru. Kritik dan saran ditunggu 🙂 Request bahasan juga boleh via email.

Best regards, Yunita Sakinatur. 31th of August 2018. @Pare Kediri 8.43 PM

Ketakutan yang harus terlewat #2

Lama merantau dan jauh dari lingkungan sekitar atau sekedar sudah lama tidak berjumpa. Dalam kultur Indonesia untuk menanyakan hal2 tersebut merupakan hal yang lumrah. Menanyakan kapan lulus, kapan kerja, kerja dimana, kapan nikah, mau nikah sama siapa, kapan punya anak, kapan si anak dikasih adek, dan interview yg tak beraturan (serta mencabik-cabik privasi) pastinya akan tiba ke telinga mu. Mayoritas dari kita akan tidak senang ditanyakan seperti itu. Kenapa sudah tahu dirinya sendiri tidak senang ditanyai, tetapi masih saja tetap ditanyakan ke orang lain(?) haha

Tentu saja wajar, kultur sejak dulu adalah seperti itu. Jika memang mau mengubah kultur ubahlah dari diri kita sendiri. Misalnya ya, misal nih kamu ketemu anak kecil, umur-umur SD sampai SMA gitu, berhentilah bertanya tentang ranking berapa dia di kelas. Kalau kenyataannya dia ngga pintar secara akademik, itu akan PERTAMA menyakiti perasaan si anak tersebut. Kenyataan ngga pintar secara akademik itu kan penilaian yang di akademik doang, di raport nya ngga ada penilaian tentang, seberapa pandai dia menyelesaikan masalah antar temannya pas ada slek dalam pertemanan ‘kan? Ga akan pernah ada penilaian seberapa pintar dia mengatur uang jajan misal (soale yg berguna dimasa depan kayaknya manajemen perjajanan ketika sekolah deh) Ga ada kriteria penilaian yang lain-lainnya juga ‘kan? KEDUA anak dengan prestasi biasa-biasa aja, dan dengan teman biasa-biasa aja akan sangat minder juga, karena dengan indikator yang dibuat manusia (ranking kelas) mereka tidak mendapat tempat dan pengakuan. Jadi saran saya, kalau kamu cuma berniat nge-kepo-in doang, tanpa punya kekuasaan untuk membantu, mending diam. Diam itu emas, dibanding menyakiti perasaan, atau salah ucapan, terus anak orang jadi depresi, kan bahaya men, BAHAYA.

Oke, sekarang kita bahas krisis anak-anak yang sedang melewati masa krisis nya. Heheu. Anak umur 20-an, lima tahun di atasnya, dan juga lima tahun di bawah nya. Karena ada program wajib belajar 12 tahun, yang sebenernya itu adalah sistem yang menghambat pertumbuhan (nanti in isya Allah kapan-kapan kita bahas tentang sistem ini ya), mereka mengalami masa-masa mencari masa depan itu, jadi memakan waktu lumayan lama.

Kayak kisah yang akhir-akhir ini bersliweran di sekitar saya, adik-adik yang berumur di bawah saya bercerita tentang kegelisahannya, ngobrol sembarang. Yang kalau boleh saya ambil, benang merah dari kebanyakan ‘masalah’ adik-adik junior saya adalah (1) tentang ketakutan akan membangun masa depan, (2) tentang ketidak-senadaan dengan visi misi atau maunya orang tua, (3) membandingkan diri sendiri dengan orang lain – – yang padahal jelas-jelas lahir beda tempat, ya beda kondisi, beda orang tua ya beda cara pandang apalagi cara didik. Beda start, ya beda hasil wajar aja.

Kalau boleh dirangkum, ya semuanya bermuara pada masa depan yang masih penuh dengan ketidakpastian haha.

Kalau boleh bertanya, kenapa harus ada rasa (ngga enak) itu semua sih? Jelas saja simpelnya karena…

  1. Kita belum membandingkan pencapaian kemarin dengan hari ini, seberapa banyak kemajuan yang kita lalui selama 3-5 tahun terakhir ini? “Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah nikmat-Ku padamu, tapi jika kamu lupa akan nikmat-Ku ingatlah azab-Ku sangat pedih” (QS.Ibrahim:7)
  2. Mekanisme yang bikin rasa ngga enak itu muncul, ya biar kamu sadar, meskipun ditengah segala ketidak-pastian, apakah kamu tetap menjadi hamba Allah secara konsisten atau sebaliknya. Jika malaikat ditakdirkan lurus-lurus saja, maka jangan pernah iri. Mereka memang terlahir tanpa rollercoaster perubahan takdir, beda jobdesk dst. Jadi kudu ke Allah, Allah dan Allah.

Ketakutan ini harus terlewat, terlewat bukan hanya sekedar dia lewat dan kita membiarkan diri tetap menjadi seseorang yang pasif dalam melewatinya. Ketakutan ini harus terlewat, terlewat secara berkualitas. Ketakutan ini harus terlewat, bersama Allah, dengan usaha yang maksimal, jujur maksimal ke Allah dan ortu maunya kita apa, dan pasrah yang maksimal juga. Karena tanpa pasrah maksimal dan cenderung menyombongkan diri atas usaha yang sudah dilakukan = meniadakan tauhid. naudzubillahi mindzalik :”

klik juga ini, siapa tahu nyambung dengan kondisimu yg sekarang 🙂

-Regards, Yunita Sakinatur

23:23

Pare, 11 Juli 2018

Ketakutan yang harus terlewat

Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir — Pernah dengar lagu ini kan ya? Cukup bagiku Allah

Dulu belum jaman YouTube, masih jamannya tape recorder segede gaban dan di rumah sering nyetel pakai kaset yg kotak, yg kalau mau forward lagu, kudu diputer pakai pensil 2B haha. Pas tahun-tahun awal 2000-an dulu pasti ingat suaranya om Gito Rollies feat Opick di link barusan. Nah tetiba tadi sore kalimat tsb kayak muncul gitu aja di otak (:

Akhir-akhir ini hidup kerasa makin sulit, hehe. Mungkin karena kurang ibadah(?) engga juga sih (terus ga mungkin ‘kan menjabarkan ibadah apa aja yg sudah dilakuin ke medsos haha). Tapi kalimat “kenapa akhir-akhir ini hidup makin kerasa sulit” mungkin memang ada benarnya, karena ngga mungkin hidup datar-datar saja, bener gak?

Sebenernya sudah luama banget ngerasa hidup-biasa aja, sangat datar 100 hari sebelum lebaran kemarin, karena memang sepenuhnya menjalankan “cukup bagiku Allah” bukan ditafsirkan sebagai “ngga ngelakuin apapun” yah, lebih ke bagaimana masalah yang dateng benar-benar hati-hati, tetap berusaha maksimal sesuai koridor, dan dipasrahin ke Allah hasilnya.

Hingga ‘badai’ pertanyaan lebaran, dan bully-an lebaran datang bermunculan dari orang-orang sekitar. Setiap lebaran, dalam budaya di Indonesia ada yg disebut ‘mudik’ kan? Dan budaya Indonesia itu sangat ‘peduli dengan rencana orang lain kan? (Kalau ndak mau dibilang kepo).

Pertanyaan kapan lulus, kapan kerja, kerja dimana, kapan nikah, mau nikah sama siapa, kapan punya anak, kapan si anak dikasih adek, dan interview yg tak beraturan (serta mencabik-cabik privasi, tentu saja) pasti kita jumpai ketika ketemu orang Indonesia, hehe

to be continued…

Kasih

Jiwa akan penuh dengan rasa cinta kepada orang yang telah berbuat baik untuknya, hati juga akan selalu bertaut kepada orang yang memperhatikannya. Tak ada yang paling baik dan paling besar karunianya setelah Allah, kecuali kedua orang tua. Oleh karenanya Allah mensejajarkan hak orang tua dengan hak-Nya dan syukur kepada orang tua dengan syukur kepada-Nya [Qs.Luqman 14]. Allah me-wasiat-kan (red,-memberi nasihat) agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua setelah perintah beribadah kepada-Nya [Qs. An-Nisa’ 36].

  • Ayat [Qs.Luqman 14-15] menjelaskan kewajiban anak untuk bersyukur kepada kedua orang tua, berbuat baik, berterima kasih dan taat kepada keduanya dalam kebaikan, meskipun keduanya kafir. (pengecualian,- untuk taat kepada ibu bapak dalam hal maksiat kepada Allah tidak boleh, karena tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam bermaksiat kepada Allah) (tetapi sekalipun ibu bapak kafir, anak harus berbuat baik, berkata dengan santun dan tidak menyakiti perasaannya) jika memperlakukan orang tua musyrik dengan baik saja hukumnya wajib, maka bagaimana dengan memperlakukan orang tua muslim yang saleh?
  • Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan sifat-sifat khusus para nabi dan rasul. Yahya dipuji Allah dalam ayat [Qs.Maryam 14], kisah Isa pada ayat [Qs.Maryam 23], percakapan Ibrahim dengan ayahnya [Qs. Maryam 47],hingga kisah nabi Nuh pada ayat [Qs.Nuh 28]. Dan hanya orang-orang yang melampaui batas sajalah yang berbuat jahat kepada orang tua, hanya orang-orang yang hati dan matanya buta sajalah yang berbuat jahat kepada orangtua.
  • Jika dirunut sejak masa kecil, ketika pada masa kita lemah tak berdaya, siapa pula yang rela bersusah payah melayani dan menjaga kita dengan cinta yang tulus selain ibu? Rela lapar dan mendahulukan agar kita kenyang, terjaga di malam hari agar kita dapat tidur dengan nyaman, jika sakit ibu berupaya untuk merawat kita sedemikian rupa agar segera sembuh. Ibu tetap sabar meski kita menyakitinya, mengingat kita meski kita melupakannya, berharap banyak untuk kita dan berdoa agar selalu mendapatkan yang terbaik.
  • Ayah, betapa besar jerih payahnya demi untuk kita, besar kesungguhannya dalam mewujudkan kepentingan dan kebahagiaan kita, bepergian kemana-mana, menghadapi segala bahaya, menghadapi berbagai rintangan, semuanya dilakukan hanya untuk kenyamanan dan masa depan kita. Begadang hanya untuk kita, meluangkan sebagian besar waktu dan kesungguhannya hanya untuk menjaga dan mendidik kita. Mengarahkan dan melatih kita, selalu menganjurkan kebaikan dan membantu kita melaksanakannya.
  • Sesungguhnya hak orang tua itu agung, terkadang kita mendapat cinta dari pasangan, anak dan teman-teman kita. Walaupun demikian, cinta mereka tak seberapa jika dibandingkan dengan kasih sayang kedua orang tua terhadap kita. Keikhlasan mereka kepada kita, ketulusan mereka dalam menasehati, mencintai, menyayangi, dan menginginkan kebaikan untuk kita.
  • Sekali lagi, hak orang tua terhadap kita amat sangat agung. Dan kewajiban kita terhadap mereka besar dan mulia.
  • –Resume dari sub bab “Sikap anak terhadap Bapaknya” Karya Dr.Abdul Aziz Al-Fauzan judul buku “Fikih Sosial”

Buku panduan

Ini tentang apa yang sudah tertera- tapi ngga kita baca. Tentang sesuatu yang tertulis, tapi ngga kita baca. Yang kita tahu, tapi ga dijalanin.

“Kak, kita harus memenuhi standar apa saja untuk menjadi level X ya kak?″ Seorang anak bertanya, besok lagi, dan besoknya juga muncul lagi, pertanyaan sama dengan orang yang berbeda. Padahal grup sama, grup ini dikucuri informasi/instuksi/panduan yang sama.

“Kak, di pusat informasi ada panduan format skripsi? Eh, lihat format xxx skripsi kaya apa ya?”Dan pertanyaan sejenis, dengan orang dan angkatan berbeda menanyakannya, bertanya-tanya.

“Kak, aku berantakan, aku ngelanggar aturan yang kita sepakati tempo lalu” “Oke silakan jalani konsekuensinya ya, sesuai kontrak yang udah kita tulis” balas konselor disebrang sana melalui chat. “Aku malas kak” timpalnya. Seorang klien menyampaikan kesalahannya, mau berubah, kearah lebih baik, dilurusin lagi, ga dijalanin. eladalah..

“Aku hancur berkeping, hidupku ruined, aku harus apa?” Kitab suci yang katanya buat panduan hidup, dikemanain e?

Simple. Semuanya ada buku panduannya. Ada cara. Ga usah khawatir, kamu hanyalah manusia abad 21 yang ARTINYA menjalani hidup,yang udah berjalan sampai abad 21 (belum ditambah sebelum masehi) masalah hidup ya gitu-gitu aja. Udah banyak juga orang nulis, ceramah, podcast, vlog, video dst dari hal yang penting banget sampai penting aja. Dan itu semua bisa jadi panduan.

Panduan itu tergantung kebutuhan. Seorang CEO, mengalokasikan waktunya 6 jam sehari untuk baca buku, alasannya simple, berada pada pucuk pimpinan membuat saya banyak mengambil keputusan, jika saya salah mengambil keputusan (red: ngga sesuai panduan hidup dari berbagai perspektif, karena dia sehari baca 6 jam ga mungkin baca satu buku doang ‘kan dalam sepekan), maka kami akan banyak gagal. Karena baca dan menjalankan bacaan adalah sepaket ikhtiar untuk tak gagal.

Jadi,everything itu udah ada panduannya. Tinggal mau baca apa engga, dijalanin apa engga. Titik.

–regards, yunita sakinatur. ini Januari 19, 2018

Catur Tunggal 22~29°C nih

Pengakuan

Setelah melalui proses beberapa hal disekeliling kita, dan segala yang berkaitan dengan diri kita, sejak lahir, masuk sekolah, mengurus ijazah, sertifikasi skill ini dan itu, pemenuhan kemampuan dasar umum dan khusus (anak pramuka pasti tau) kadang terselingi dengan perjanjian jual beli, hak tanah, hak kendaraan pribadi, hak & beban biaya perusahaan dan tak jarang tentang surat kehilangan. Kartu ini dan kartu itu, identitas diri dan identitas itu. Hatta surat kematian dan warisan juga tak luput dari kehidupan kita. Iya ngga?

Pada akhirnya, sebagian besar dari apa yang kita lakukan hanyalah untuk sebuah pengakuan. Saya teringat, bulan-bulan lalu ketika teman-teman berlomba-lomba untuk lulus dari Universitas, pada akhirnya saya juga menyelesaikan ini semua dan apa yang ada dibenak saya ketika memproses hal ini dan hal itu, oh gini aja.

Pada akhirnya, sebagian besar dari apa yang kita lakukan hanyalah untuk sebuah pengakuan.

Sebenarnya pada saat berkata “oh gini aja,” saya sadar, proses yang saya lakukan ketika menyelesaikan prosedur kelulusan, ya semata hanya untuk pengakuan, jika boleh berkata, jahatnya seperti itu. Ya, ini semua tentang pengakuan. Bayangkan, dari 144 SKS yang saya tempuh berapa banyak buku yang idealnya sudah saya baca, untuk sekelas gelar sarjana. Tapi untuk mendapatkan gelar sarjana saya hanya butuh sekian hari, menjalani prosedur yang telah distandarisasi pihak fakultas dan universitas, dan, ya udah gitu aja. Ngga ditanya tentang seberapa dalam saya dengan keilmuan saya, atau yang lebih sadis lagi akan mempertanggungjawabkan seperti apa 144 SKS yang sudah saya tempuh, karena ga ada indikatornya (dan siapa pula yang akan mengontrol itu semua, ngahahaha..)

Iya ini semua tentang pengakuan, saya punya dosen yang beliau ilmunya (dibanding pakai kata “ilmu”, harusnya saya pakai terminologi “pengetahuannya” kali ya), jadi beliau ini ilmunya setara manusia lulusan S3 pada jaman saya masuk kuliah. Ya beliau S1 bahkan mengajar kami, dulu lulusan S1 saja sudah bisa ngajar S1. Dulu bgt, beliau sudah sepuh. Tapi jujur, beliau ini keren, saya pernah berdiskusi di rumah beliau bareng teman-teman sebuah kelompok studi, ketika berdiskusi pengetahuannya bener-bener holistik men. Sampe betah banget kita, karena ngerasa “haus“ (red:ngga cukup) terus diskusi sama beliau. Tapi, ada tapi nya nih..tapi tapi tapi, secara kelembagaan ya beliau tidak diakui.. ya itu tadi, beliau hanya tidak menjalankan proseduruntuk diakui sebagai lulusan S3 secara kelembagaan. Yang dimaksud “proses” disini gini guys, beliau bacaannya banyak, ngelakuin berbagai eksperimen, diskusi dan jurnalnya juga bejibun, tapi beliau ga pernah menempuh pendidikan S2 apalagi S3. Ya beliau istilahnya ga sekolah tapi kemampuannya udah melebihi orang-orang yang sekolah. Tapi balik lagi, beliau ga sekolah, ga ada proses menuju dapet ijazah (pengakuan) tsb.

-Regards

Yunita Sakiantur

21:51

Sleman dingin euy. Januari 18, 2018

…..in sya Allah bersambung, part 2….

Reward yourself

Pernah ngga? kamu ngerjain banyak tugaaas yang rasanya tak kunjung usai.. atau gini, penah ngga? kamu seolah masuk ke sebuah lorong gelap dan hanya ada titik kecil untuk menandakan bahwa dia akan usai, tapi jika diprediksi, jaraknya akan sangat jauuuuh sekali..

Pernah ngga? bebanmu terasa beraat dan hatimu terasa sempiit, dan bukan karena ilusi, karena memang benar adanya, selain beban yang memang berat, kamu tidak mendapatkan dukungan ‘untuk tetap kuat’ dari lingkunganmu?

Kadang hidup gitu sih, kita ngasih segalanya buat dia tapi yang kita dapatkan sebaliknya. pahit emang, hehe. Atau kadang hidup memang gitu, ada kondisi dimana, kita melakukan sesuatu berjuang melakukan yang terbaik untuk seseorang (suatu kelompok, instansi, aturan atau apapun itu) tapi seseorang itu ngga kasihreward ke kita, hehe. (ketawain aja dulu gapapa, untuk merilis stress yang ada, hehe)

Setiap dari kita pasti pernah ngalamin hal-hal diatas tersebut, entah sekali, dua kali atau bahkan seringkali.. hidup tanpa jeda, tanpareward, dan tanpa perhatian.. miris bukan.. yap, ngerasain jatuh dan jatuh lagi tanpa dukungan, atau exhaust dan exhaust lagi tanpa penghargaan sebenarnya kita harus kasihan sama diri kita sendiri.. pasalnya, kadang “jeda” yang tak kunjung hadir membuat sesak dan tak paham dengan keadaan, right?

Tenanglah wahai hati, hidup tak akan berakhir ketika kamu tak mendapatkan penghargaan dari siapapun..kita harusnya mencintai diri kita sendiri, jika tak mampu mencintai diri sendiri, maka coba hal ini.. ambil “jeda”,maksudku, coba kamu break sebentar dari rutinitasmu yang “look like” tiada jeda itu. Ambil napas yang dalam, nikmati setiap detiknya untuk merasakan, “oh diriku seperti ini, kita sudah melalui banyak hal.. kita sudah melalui hari-hari yang panjang..”lakukan selftalk mendalam, “terimakasih diriku sudah mau berjuang sejauh ini” “terimakasih sudah mampu berjuang sejauh ini..” “terimakasih atas segala kerja keras yang telah kamu lakukan, maafkan aku yang sudah lama tidak memperhatikan kondisimu akhir-akhir ini hingga rasanya segalanya hampa..” ”maafkan aku yang tidak perhatian terhadap dirimu..”

Ya, pada akhirnya, kita akan menyadari bahwa, siapa lagi yang akan mampu memberikan penghargaan dan penerimaan bahwa kita layak diberi “terimakasih” kalau bukan diri kita sendiri, siapa lagi yang akan meminta “maaf” atas kecerobohan tidak perhatiannya semesta terhadap diri jika bukan diri kita sendiri..

Selanjutnya, lanjutkan hidupmu. Maksudku, setelah “jeda” itu berlalu, banyak-banyaklah beri “terimakasih” – “terimakasih” lainnya atas kegiatan hari itu, detik itu.. perhatikan, dirimu berharga! siapa lagi yang akan perhatian, menghargai, dan meminta maaf pada diri kita, jika bukan sesama diri kita sendiri, jiwa yang ada di dalamnya. ayo diri, saling menyanyangilah kalian di dalam sana, kalian sudah berjuang, maka terimakasih sudah melakukan segalanya :”

-Regards

Kumpulan diri, yang sedang berusaha bersatu

5.35 PM

Suatu ruang hampa- tapi banyak cinta bagi dari dan untuk diriku sendiri, 08 Januari 2018

Wanita dan minum susu

Tahu kenapa nenek-nenek lebih rentan osteoporosis? Bukannya kakek-kakek? Atau kenapa harus beda antara risiko nenek dan kakek, kenapa ngga risikonya sama aja gitu misal? (red seimbang, 50:50). Kenapa dunia ini ga adil dan cenderung membedakan antara cewek dan cowok? hingga ke kakek, nenek lho, lansia lho. wkwk lol ah. [cek artikel ini wanita lebih rentan]. Karena nenek-nenek pernah hamil, dan nenek-nenek pernah menyusui. Sedang kakek-kakek tidak. Simpel. (untuk penjelasannya, sabar baca sampai akhir ya!)

Tahu kenapa minum susu untuk tulang bagi nenek-nenek ga guna lagi, ga berfaedah lagi? Atau bisa dibilang terlambat, te r l a m b a t… eh mungkin faedah sih, tapi ga optimal dan banyak yang kebuang percuma. Untuk penjelasan mengenai mekanisme biologis dst nya serahin anak-anak eksak lah ya, kita akan bahas dengan menggunakan terminologi yang ringan-ringan aja..

Apa kaitannya hamil dan menyusui dengan penyakit osteoporosis? Singkat kata ibu hamil dan menyusui memberikan sebagian besar cadangan kalsium yang dia punya di tubuhnya, terutama dari tulang punggungnya. Ya mau gimanapun ibu hamil dan menyusui ngasih cadangan itu buat anaknya (Qs.Ath-Thoriq:5-7). Dan setiap ibu hamil dan menyusui butuh susu khusus (ibu hamil dan menyusui, yang keset dan bau besi itu) supaya ga kepake banyak si cadangan kalsium yang dia punya.Dan pada akhirnya di masa tua nanti mengalami kekeroposan tulang.

ibu hamil dan menyusui memberikan sebagian besar cadangan kalsium yang dia punya di tubuhnya

Laki-laki dan wanita harus tahu ini. Anak laki, harus tahu ini, yang 2 kali lebih kuat minum asi dibanding anak perempuan. Supaya sayang sama ibunya sendiri dan sayang sama ibu dari anak-anaknya. Anak perempuan juga harus paham ini, supaya sayang sama ibunya dan sayang sama dirinya sendiri buat minum susu sejak dini.

anak perempuan wajib minum susu sejak dini

Anak perempuan, harus tahu ini, supaya mempersiapkan diri dan ga males buat minum susu. Wanita harus suka minum susu. Harus suka mengkonsumsi, harus memberikan prioritas lebih, harus menyiapkan budget buat minum susu. Sejak dini. Misal susu ga suka, ya paksain, ntar lama-lama juga suka. Witing tresno jalaran seko kulino, suka karena biasa, atau biasa jadi suka. Intinya wajib minum susu sejak dini. Karena apa? jadi gini mekanisme dari susu hingga bisa jadi kalsium ke tulang itu butuh proses yang panjang dan butuh hormon yang namanya esterogen.

Tau kan esterogen? [cek artikel: esterogen dan tulang] Nah, kenapa ga guna lagi perbuatan rajin minum susu pas jadi nenek-nenek dan tulang keropos? Nenek-nenek itu kan kebanyakan sudah menopause, otomatisnenek-nenek ga memproduksi hormon esterogen, maka susu yang diminum banyak yang ga terikat dan malah banyak yg lepas atau ga terserap secara sempurna menjadi kalsium bagi tulang yang terlanjur keropos.

Alasan lain, ya ikutin sunnah rasul aja sih, [artikel: makanan dan minuman favorit rasulullah] beliau sarapan (pagi hari) pakai susu. Susu kambing atau sapi yang murni. Kenapa harus yang murni? sedikit cerita om saya punya teman yang kerja di pabrik susu. Dia cerita, dulu semua jenis susu yang itu baru ada satu, susu putih, ga ada rasa-rasa gitu (strawberry, cokelat dst). Nah karena ga semua susu yang dihasilkan putih tulang gitu akhirnya keluarlah ide dari bidang development, idenya inovasi susu berwarna dan dikasih rasa biar ga mubadzir dibuang begitu aja susu-susu yang ga putih tulang ini. Jadi kita percaya aja sama si susu yang putih tulang dibanding susu rasa cokelat, lagipula cepet bikin gendut juga sih kalau kita minum yang udah dioplos pemanis. Kalau mau ngeoplos,oplos aja sendiri pakai madu murni. Semua ocehan saya diatas ini masih bisa didebat sih. Kalau ada kritik atau ga sepakat gitu, saya mencoba terbuka 🙂 makasih bersabar baca sampai akhir 🙂

Sayangi dirimu, untuk kemajuan bangsamu!

-Regards

Yunita Sakinatur

12.21

Sleman, 26 Desember 2017

Ketertarikan, and how to manage it

Pada dasarnya manusia punya hormon-hormon tertentu. Tahukan kenapa kalau kamu ketemu “si doi” rasanya deg-degan? Yap, hewan itu kalau sedang birahi (pinjam istilah kelas Pemuliaan Hewan) tanpa fafifu “naik” ke lawan jenisnya. Langsung nyeruduk, ga pake pedekate, PDKT. Nah Allah ini Maha Sempurna, menciptakan manusia dg paket lengkap (yaitu rasa) deg-degan supaya tidak langsung nyeruduk ke orang yang disukainya, ga langsung nyeruduk ke orang yang dia merasa ada ketertarikan. Mekanisme deg-degan hadir di saat dirimu ingin langsung nyeruduk tapi akalmu menghalangimu untuk melakukan hal yg memalukan tersebut. Jadi it’s normal kalau kamu deg-degan dihadapan si doi.

Pernah tahu siklus mentruasi(?) moody, sensian dst. Atau nek kamu laki-laki pernah nandain siklus mimpi basah mu deh, pernah gak? Kenapa coba Allah “iseng” menjadikan mekanisme-mekanisme tersebut ada? Itu sebagai ujian buat manusia ditengah hormon dan segala ketidak-stabilan situasi, apakah kamu tetap menjadi hamba Allah secara konsisten atau sebaliknya. Jika malaikat ditakdirkan lurus-lurus saja, maka jangan pernah iri. Mereka memang terlahir tanpa rollercoaster perubahan hormon dst. Jadi ya wajar aja, eh sabar aja sama proses yg Allah kasih.

Kalau kata ustadz Yusuf Qaradhawi, manusia itu jasadnya tercipta dari tanah yang hina, namun ditiupkan ruh dari langit yang bersifat agung, ketika bisa menghandle ruh dia akan mulia, ketika dia tunduk dg “sifat tanah” “kebinatangan” maka dia akan semakin terhina. Oiya, tahukan kenapa disebut-sebut tercipta dari tanah(?) Iyaps rantai makanan terendah itu berasal dari tanah, jadi ketika kamu masih menjadi padi-padi di sawah, atau rumput-rumput yang akan dimakan binatang ternak atau plankton-plankton di laut, lalu ayah dan ibumu makan dan masuk ke tulang sulbi kemudian ayah dan ibumu bertemu, dan jadilah kamu sesuatu yang hina berasal dari tanah. Setelah menjadi mudghah (segumpal daging, pinjam istilah di hadits Bukhori Muslim yang ke-4 dari hadits ‘Arbain) lalu Allah tiupkan ruh lewat malaikat.

Bagaimanapun kita butuh sadar akan tujuan diciptakannya kita (manusia). Untuk beribadah kepada Allah (Qs.Adz Dzariyat: 56) dan untuk memakmurkan bumi (Qs.Al Baqarah:30).

Ketertarikan adalah hal yang wajar, ketika kamusuka sama lawan jenismu itu juga hal yangwajar. Merupakan hukum alam (red:sunnatullah) yang ga bisa dihindari. Kelemahan manusia yg butuh ada orang lain yang meneruskan mimpinya, kelemahan manusia yang harus ada yang meneruskan hidupnya (ga pernah lihat mahkluk hidup gak mati kan? Mau setua apapun, dia bakal mati), beda sama Allah yang ga butuh penggantinya karena Dia kekal. Dan kelemahan-kelemahan lainnya manusia sehingga tercipta mekanisme reproduksi dst dst hatta cabangnya ada rasa tertarik sama lawan jenis dan ditumbuhkan rasa kasih sayang.

Ketertarikan sama lawan jenis itu wajar kok,tapi butuh dikontrol. Islam itu sistem yang hadir untuk melengkapi bagian rumpang dari diri manusia yang belum lengkap. Coba aja kalau Allah berhenti sampai nyiptain rasa kasih sayang doang, ga disertai paket lengkap “aturan” islam (atau jalan hidup) islam, mungkin semua orang akan sembarangan menebarkan “kasih sayang” wkwk ke yang mahrom maupun yang bukan mahrom. Yang halal, maupun haram.

Ustadz Nouman Ali Khan pernah bilang, redaksinya saya lupa sih, tapi kurang lebih gini bunyinya, jangan sembarang bilang falling in love, it’s not love, it’s just an hormonal. Islam tidak melarang untuk memiliki rasa ketertarikan dengan lawan jenis, dan rasa tertarik itu fitrah/lazim. Yang diatur dalam islam adalah larangan menyatakannya ketika tidak siap untuk bertanggung jawab atas pernyataan yang telah disampaikan. Bahasa sederhananya: kalau kamu belum siap membawa dia ke syurga lewat pernikahan, jangan pernah katakan cinta, itu hanya qodarullah hormonmu ketemu duluan sama hormonnya dia.

“kalau kamu belum siap membawa dia ke syurga lewat pernikahan, jangan pernah katakan cinta, itu hanya qodarullah hormonmu ketemu duluan sama hormonnya dia”

Nah bagaimana memanage rasa ketertarikan sama lawan jenis ketika belum siap buat bertanggung jawab? Here we are..

  1. Jangan merasa bersalah, apalagi berdosa, suka sama orang adalah hal normal. Miliaran manusia ngerasain rasa suka, tapi beberapa diantaranya mengalami abnormalitas suka sesama jenis. Saythanks to Allah, dapat anugerah bisa mencintai (menyukai/ tertarik dengan) seseorang, entah karena fisiknya perilakunya, akhlaknya dst nya deh. Pokoknya di”Alhamdulillah”in aja.
  2. Belajar memanage diri untuk tidak sembarang menyatakan rasa suka ke ybs kalau belum siap mempertanggungjawabkan pernyataan suka tsb. Jangan sampai yg kamu sukai tahu kalau kamu suka dia, yha pakai konsepnya secret admirer gitulah. Soalnya, pahit-pahitnya kalau ketahuan terus nantinya di masa depan gak fiks bareng dia ada banyak peluang setan untuk bilang “andai aku berjodoh sama dia, pasti hidupku…” “andai dia yang jadi istri/suamiku pasti hidupku..” dan bisikan setan dengan “andai-andai” dan “pasti-pasti” yang lainnya.
  3. Pernah dengar konsepan semacam ini gak? cara meraih sukses adl dg tidak berfokus pada tujuan, tapi fokus pada proses. Pernahlah ya. Nah, fokusmu bukan bgmn caranya menghilangkan rasa suka sama si doi, mustahil berhasil, percaya deh. Tapi kamu kudu mindahin fokus ke gimana caranya dirimu jadi lebih baik ketika selesai mengalami “badai” virus merah jambu ini. “Jadi lebih baik”nya ada macam-macam, bisa lebih fokus mengejar prestasi, fokus belajar, fokus memperbaiki kepribadian dst dst, pokoknya proses diri.
  4. Oiya ada hal penting, tapi sering salah, yaitu NIAT. Niatmu berubah jadi lebih baik, bukan buat kamu dapetin si doi. Si doi yg kamu kagumi karena dirinya, kecerdasannya atau pribadinya atau akhlaknya, atau malah biar si doi berubah jadi lebih baik, berharap si doi ikutan berproses jadi lebih baik juga. Toh dia bukan power ranger yg bisa tiba-tiba berubah. Niatmu diluruskan, hanya untuk Allah, (terdengar normatif?). Beginirasionalisasinya, saat kamu udah berubah jadi lebih baik, kamu akan mencintai dirimu sendiri, kemudian percayalahkamu ga butuh siapapun kecuali Allah dan ridhonya. Kemudian kamu akan memaksimalkan diri untuk berbuat sesuai Adz Dzariyat dan Al Baqarah barusan di paragraf atas. Hasil akhirnya, sendiri ataupun berdua dengan pasangan yg halal, ga masalah. Soalnya di dunia ini yang tersisa tinggal interaksi diri dengan Allah, bagaimanapun atau apapun bentuk stimulusnya direspon ibadah ke Allah semata.

Wallahu a’lam..

-Regards
Yunita Sakinatur
3.31 AM
Antara Jakarta (Jog)jakarta, 27 November 2017

ditulis di tengah dinginnya ac kereta malam. tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri dan adik-adik saya di kammi ugm juga adik-adik saya di lini da’awiy, siyasi, ilmi, sya’bi, dan lini-lini lain 🙂

Tingkat galau

Hai pemuda, mari kita kenalan dengan pemuda-pemuda masa kemarin. Karena galau itu bukan hanya milik pemuda jaman now. Tapi galau adalah sesuatu yang normal terjadi pada pemuda, sejak jaman dahulu.

Galau tingkat Tjokro itu..

Kenal Tjokroaminoto? Ya, beliau dikatakan sebagai bapaknya pergerakan di Indonesia. Melahirkan anak-anak ideologis, mulai dari Semaun dengan Komunisme nya, Kartosoewirjo dengan prinsip khilafahnya, sapai Soekarno dengan Nasionalisme nya. Tapi kita ngga akan bahas tentang ideologi-ideologi itu saat ini.

Tingkat galaunya Tjokro muda seperti ini, beliau punya pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan pola pikir yang mendorongnya untuk bergerak lebih.. kira-kira pertanyaan Tjokro ttg hidup dan kehidupan seperti ini..

Kenapa orang jawa harus kerja sebagai pegawai belanda? Kenapa belanda sesukanya merintah orang2 jawa? Padahal kita semua tahu, pas jaman sekolah dulu, atau minimal jaman ospek deh, kalau kebebasan pribadi kita direbut sama senior itu ngga enak. iya ngga? Nah, Belanda itu siapa sih, dateng-dateng ke Indonesia, malah merintah-merintah gitu.. Bahkan sekelas orang tua aja, ngga bisa maksain anaknya harus berbuat ini atau wajib berbuat itu.

Kenapa di luar keluargaku (keluarga Tjokro dari kalangan para priyayi), di desa2 petani itu miskin, melarat, ga berdaya, dan harus setor ke belanda? Kenapa sekolah dibeda2in? yang boleh di OSVIA cuma orang2 priyayi dan pangreh praja? Tiga pertanyaan diatas mirip-mirip sistem kasta sih, iya ngga? padahal manusia diciptakan setara, toh berasal dari keluarga manapun, dari kalangan rakyat biasa ‘kah, dari kalangan orang terpandang kah, bahkan raja sekalipun,ngga ada tuh yang lahir udah pakai mahkota. Semua sama, bayi telanjang, yang cuma bisa nangis, right?

Kenapa ngga ada juru tulis orang belanda? Kenapa kuli2 orang jawa bukan belanda? nah ini balik lagi ke pertanyaan sebelumnya, kasta itu ngga adil men, apalagi berdasarkan latar belakang keturunan dan bukan hasil upaya. Setiap orang harusnya bisa milih mau jadi apapun.

Bagaimanapun, tingkat galau Tjokro muda, melahirkan pemikiran baru. Melahirkan perjuangan baru, bahkan melahirkan anak-anak ideologis baru! Tingkat galau mu sampai mana hai pemuda?


Kenal Muhammad? atau panggilan kecilnya Ahmad(?) Kalau kamu pernah baca bukunya pak Michael H. Hart tentang 100 orang yang paling berpengaruh, beliau menempatkan Muhammad sebagai urutan pertamasebagai orang yang paling berpengaruh di dunia. Bagaimanapun sejarah mencatat 14,4 abad pasca penyebaran ajaran Muhammad secara terang-terangan, masih saja banyak pengikutnya. Tapi kita ngga akan bahas tentang ajaran Muhammad tersebut saat ini.

Tingkat galaunya Muhammad muda pada abad ke-6 masehi kala itu..

Rusaknya nasab (garis keturunan), membuat ‘Muhammad muda’ galau. tahu pergaulan bebas? itu lho anak-anak gaul yang bebas. Haha, bukan itu. Setiap dari kita tahu lah ya, gampangnya kalau anak jaman sekarang menyebutnya seks bebas, ganti-ganti pasangan dst. Saat seseorang berganti-ganti pasangan untuk ngeseks dan jadi bayi, itu bayi ngga ketahuan bapaknya yang mana. Iya benar bahwa nasab atau asal-usul itu jelas dalam konstruksi budaya ada pride atau punya kedudukan tersendiri. Cuma ni, kalau kita mau berbicara jangka panjangnya, misal ketika dewasa nanti bahaya banget kan kalau dia bakal nikah atau ngeseks dengan saudara kandungnya sendiri, bisa-bisa incest tuh! Itu baru satu yang muncul, masalah berikutnya akan mengintai, semacam masalah sosial baru, mulai dari anak lahir dengan cacat serius, gangguan mental, kelainan fisik, hatta gangguan otak.

Perjudian menjamur, bahkan dapat dijadikan sebagai ‘alat pengambilan keputusan’. Contohnya, ada perempuan ngelahirin bayi, nah bayi yang baru lahir ini berasal anak dari laki-laki yg mana kan ngga ketahuan karena perempuan bebas ditiduri siapapun, nah dikoocok dah tu entah itu dadu atau alat apapun itu buat nentuin “ini bayi berasal dari ayah yang mana”. Kan kacau banget, tapi di jaman itu karena saking bobroknya, ya hal itu merupakan sesuatu yang normal. Tapi tingkat galau Muhammad sekelas ini, ngga hanya berhenti pada pemikiran, oh yaudah sih wajar, ngga begitu tapi ini adalah awal dari kerusakan berikutnya (balik ke poin ‘rusaknya nasab’). Contoh kedua, kamu punya uang-kamu judi-kamu ngga usaha keras (kerja banting tulang)-kalau mujur-dapet uang banyak. Terus muter aja kegiatan gitu terus, di lingkaran judi-mujur-foya foya. Pas apesnya gak mujur, kamu ngutang, bisa gadein tanah, rumah, anak, istri, apapun itu. Pasti lahir kekerasan, masalah sosial baru.

Tapi tingkat galau Muhammad sekelas ini, ngga hanya berhenti pada pemikiran, “oh yaudah sih wajar, banyak orang yang kaya gitu, banyak orang yang ngelakuin itu” ngga begitu bung! Tapi ini adalah awal dari kerusakan berikutnya, kerusakan nasab, masalah sosial baru dst.

Kenapa perempuan sangat tidak terhormat, bahkan bisa jadi hadiah & warisan? ini tingkat galau kelas Muhammad yang ketiga. Disaat penduduk bumi ingin memusnahkan perempuan, ingat kisah Umar bin Khottob sebelum masuk islam ? Kalau perempuan benar-benar dimusnahkan, mungkin manusia akan punah. Kalau perempuan diperlakukan tidak terhormat, ada berapa banyak lansia yang nenek-neneklantang lantung hidupnya. Kalau perempuan bisa jadi hadiah bahkan diwariskan dari bapak ke anak laki-lakinya, berapa banyak kejadian incest yang akan terus berlanjut dan masalah sosial seperti apa yang akan terjadi saat ini. Galaunya Muhammad ini, di masa depan, benar-benar membuat beliau adil dalam memperlakukan pengikutnya baik yang perempuan maupun laki-laki. Dan mengubah persepsi masyarakat, terutama pengikutnya,bahwa perempuan itu setara dengan laki-laki (dengan porsinya masing-masing,baca buku Fiqh Wanita-nya Yusuf Qorodhawi deh). Oiya btw, semua budaya dan konstruksinya merendahkan perempuan, baru di abad 6 masehi ajaran yang dibawa Muhammad yang benar-benar menaikkan derajat perempuan jadi setara sama laki-laki, saya lupa baca di buku mana, nanti kalau ingat, saya edit lagi postingan ini,in sya Allah.

Kenapa ada sistem riba? yah kita semua tahu bahwa sistem bunga uang yang dipinjam harus dikembalikan lebihh. Bunga uang, tidak pernah menjadi kuncup yang mekar dan wangi siap untuk dipetik. Riba hanyalah sistem akal-akalan yang membuat si miskin (yang membutuhkan uang) makin tercekik, bukan malah terbantu. Dan riba adalah hal yang biasa pada masa itu, (dan sekarang juga sih) tetapi Galaunya Muhammad di masa depan, melahirkan sistem, “kaya-lah sekaya-kayanya, tetapi tidak dengan cara membuat yang lain miskin atau menjatuhkan yang lain. Jadilah orang kaya, dengan hasil usaha jerih payahmu sendiri dengan berdagang dan segala macam peraturannya.” Dan yang terpenting, “kaya-lah sekaya-kayanya, tapi dunia bukan di letakkan di hati, dunia hanya sebatas genggaman tangan, berbagilah, infaq, shodaqoh, zakat”

Pada akhirnya tingkat galau Muhammad menyadarkan kita, betapa remeh temehnya galau yang sedang kita pikirkan atau jalani detik ini..


Bagaimanapun, galau adalah hal yang biasa/normal terjadi pada pemuda. Versinya saja yang menentukan kapasitas si pemuda itu sendiri. Ada galau tingkat teri, ada galau tingkat menye-menye, dst dst. Jadi pemuda, tingkat galaumu, atau galau versimu seperti apa?

Jika nyatanya tingkat galau kita masih tingkat rendahan, Mungkin kita butuh lebih banyak belajar untuk diri sendiri dengan banyak mengulang kisah dua tokoh barusan, atau Ibrahim muda (si bapak para nabi), atau Musa yang kabur dari negerinya karena kedzaliman si pemimpin besertakroni-kroninya, atau tak usahlah jauh-jauh menarik garis waktu dan wilayah. Ambillah contoh bung Tomo bapak yang masih sangat lekat dengan kita, mahasiswa UI yang tak sempat ujian sidang skripsi, dan yang meski usianya tak ‘muda’ lagi, setengah abad sudah, namun masih tetap memperjuangkan kepentingan negara, diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Berdiri tegak menyampaikan yang benar adalah benar. Tak gentar walau sebentar.

-best Regards, Yunita Sakinatur
Sleman
Rabu 0:22 WIB
Februari 27, 2018

Tentang skripsi

cepet banget, tiba-tiba pendadaran” “Kok udah pendadaran aja nit?” “lah kemarin baru aja ngerjain project ini sama kak nita

Sudah habis, si akhir tahun keempat. Yo sakjane wajar aja kalau saya sidang skripsi. Cuma bagi yang gumun (heran) kenapa masih muncul ini itu, masih aktif di komsat bagian BPH dan kaderisasi (malah), masih di… masih di… dll dan tiba-tiba pendadaran ya jawabannya satu هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي (haadza min fadhli robbi) Qs.An-Naml:40.

Saya ingin bercerita tentang keseharian yang saya lakukan pada 3 bulan kebelakang Juli, Agustus, September. Hari-hari ketika saya menjadi Kaderisasi Komsat pada awal kepengurusan, sekaligus hari-hari saya mengerjakan skripsi. Iya, saya mulai menulis skripsi sekitar pertengahan Juli.

Saya suka psikometri, mungkin itu bagian dari kelancaran skirpsi saya cepat rampung (pertengahan Juli hingga akhir September). Tema skripsi yang saya ambil, saya sukai. Sedikit cerita, temanya tentang psikometri, menguji struktur bangunan sebuah alat tes psikologi. Karena saya suka (dan terima kasih Allah yang memberikan saya kecenderungan) terhadap penghitungan, matematika dan sejenisnya sejak saya kecil.

Saya benar-benar mengusahakan sholat tepat waktu. Meng-usaha-kan benar-benar sangat berusaha. Suatu sore saya pamitan dari rumah orang tua di Jawa Barat menuju Jogja, ibu bilang: ”jaga sholatnya mbak, tepat waktu ya”. Sebenarnya ini hal biasa, dan sudah seperti kaset rusak yang diulang-ulang ketika menasehati saya. Tapi hari itu rasanya beda, dan saya mulai merealisasikannya.

Untuk sholat tepat waktu kita butuh usaha. Usaha pertama tahu jadwal sholat selanjutnya pukul berapa. Kedua, tahu mau sholat dimana. Ketiga tahu diri bahwa dirimu butuh waktu ekstra/tambahan untuk bersuci sebelum sholat: “karena adzan adalah panggilan sholat, bukan panggilan wudhu” (kata kakak mentor halaqoh Quran tempatku ngaji). Keempat, tahu kegiatan apapun harus di-stop untuk menghargai waktu sholat. Kelima tapi yang paling utama, yaitu tahu niat sholat tepat waktu karena apa? yaitu Karena Allah via Al-Ma’un ayat 4&5, dua ayat ini paralel dan tidak boleh dipisah harus disatukan. Fawaylul lil mushollin alladziina hum ‘ann sholatihim saahuun. maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya.

Kebaikan akan bertambah, dan keburukan pasti menguasai pelakunya jika tak diputus detik itu! Percayalah konsep ini nyata. Setelah sholat tepat waktu, saya belajar bahwa muslim itu seharusnya menepati janji. Sebenarnya tidak harus muslim sih, dalam dunia profesional juga begitu. Tapi kalau di konsep agama islam itu ada yang disebut salah satu ciri orang munafik jika dia berjanji dia ingkar. Menepati janji mulai dari hal yang kelihatannya sederhana seperti janjian ketemuan sama teman, menepati janji ketemuan ke kader komsat (rekan organisasi), menepati janji ketika mengambil atau mengemban amanah atau jabatan di organisasi / komunitas, menepati janji sebagai mentor maupun murabbi, menepati janji sebagai mentee yang butuh dibina, dan menepati janji dengan semua orang, termasuk janji kepada dosen pembimbing skripsi.

Kebaikan akan bertambah, dan keburukan pasti menguasai pelakunya jika tak diputus detik itu! Percayalah konsep ini nyata.Setelah menepati janji, secara otomatis (atas izin Allah) saya selalu hadir di majelis ilmu, untuk menepati janji saya sebagai pribadi yang selalu butuh di-upgrade kapasitasnya. Saya secara konsisten hadir sebagai mentee di majelis ilmu Halaqoh Quran, jadi bisa dibilang ini majelis Quran. Kemudian ada satu statement dari kakak mentor halaqoh Quran ku ini: “kalau sekian lama disini, dari forum ini, dari pribadi kita tidak ada yang berubah (menjadi lebih baik), forum ini dibubarkan saja” Dekati ilmu, utamakan dekati ilmu Quran, amalkan! Percuma dekat dengan Quran jika tidak ada yang berubah dari perilaku kita, percuma jika kita baik sendirian.

Jika sudah baik, hadirlah sebagai mentor dikehidupan nyata. Ajak orang lain mengenal islam dengan Quran, jadi mentornya. Atau minimal saling nasehat-menasehati sesama teman, menghindar dari pergaulan ketika mengerjakan skripsi bukan solusi. Why do we do it? Karena Allah, via penghujung surah Al’Asr..wa tawasau bil haq wa tawasau bish shabr. dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Oiya, terakhir. setelah pendadaran kenapa saya tidak memposting satupun foto pendadaran karena:

  1. saya tidak suka dilihat sebagai manusia melalui artifisialnya saya
  2. mayoritas orang mengunggah foto, saya tidak suka menjadi bagian dari mayoritas
  3. menurut saya tidak perlu diumbar (eh maksudnya diunggah) karena mungkin akan menaikkan tingkat stress bagi yang belum selesai skripsiannya
  4. saya punya foto album sendiri di kamar, maaf bukan anak jaman jigeum jadi semua orang yang datang dan ikut berfoto tetap terabadikan di foto album milik saya, kalian takkan terlupakan kok. tapi kalau mau upload monggo aja, ditag juga boleh
  5. menurut hemat saya akan lebih berfaedah jika saya ceritakan saja di Tumblr, mudah-mudahan bisa menjadi wasilah saya dalam melakukan wa tawasau bil haq wa tawasau bish shobr

semoga menginspirasi, tapi jangan mengkultuskan saya ya hehehe. bagaimanapun Allah menutupi aib-aib saya

-Regards,

Yunita Sakinatur

15:02

Yogyakarta, 14 November 2017

ditulis sebelum mengerjakan revisian, saya belum fiks dapetin si A, maksudnya skor A. doakan yang terbaik ya!

Normal

Si x mengingatkan tugasmu, bayanganmu si x perhatian sama kamu

Si x mengirim bingkisan, bayanganmu si x kirim bingkisan ke kamu seorang

Si x baik ke kamu, sejatinya setiap orang punya kecenderungan untuk berbuat baik

Si x terbuka mengenai masalahnya ke kamu, kamu pikir kamu satu-satunya tempat dia curhat

Semua yang X lakukan, kamu selalu sibuk berpikir “ini adalah interaksi antara dua orang lawan jenis” just two of us. Dunia serasa milik kamu dan si X yang kamu ke-ge-er-an-in. Pola pikir yang salah akan menciptakan persepsi dan perilaku yang salah. Ke-subjektif-itasan akan sangat dominan di sini, dan “hormon” akan banyak berperan dalam menyesatkanmu dari perilaku objektif. Kalau kata ustadz Nouman Ali Khan, it’s not love it’s just hormonal.

Pola pikir yang salah akan menciptakan persepsi dan perilaku yang salah.

Tolong bangun pola pikir bahwa saat si x hadir untukmu lewat semua interaksi yang ada, dia juga hadir untuk semua orang. Dia berinteraksi dengan semua orang.

Saat dia mengirim bingkisan, berapa banyak adik-adik dan teman-temannya yang juga diberi bingkisan olehnya.

Saat dia mengingatkanmu, itu karena dia kolegamu, rekan kerjamu, teman satu tim mu, dan pada dasarnya dia ingin semua baik-baik saja tertata rapi, dan profesional.

Dan insaf-ilah bahwa pola pikir dia tidak seperti pola pikirmu. Yang sibuk berpikir bahwa interaksi ini adalah just two of us. Dia baik ke semua orang, dia mengingatkan semua orang, dst dst.

Sehat-lah sejak dalam pikiran.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk teman-teman, adik-adik dan semua yang menisbatkan dirinya sebagai kader dakwah. Saya agak pusing menaggapi kalian yang secara langsung ataupun tidak langsung, terkena penyakit ini. Tolong hilangkan penyakit umat dalam dakwah. Terutama virus yang satu ini; (virus merah jambu) yang berakar dari “pola pikir yang salah”. Supaya kerja dakwah tidak mengalami kontraproduktif yang fatal.

Sehatilah, sadarilah, insafilah!

It’s normal bagi manusia baik, untuk berbuat baik untuk seluruh manusia. Ah jangankan manusia, kucing atau tumbuhan jalanan saja diperhatikannya.. terlepas dari agama atau mazhab apapun yg melatarbelakanginya, pada dasarnya manusia baik percaya bahwa kebaikan akan dipanen oleh yang menanamnya.. [tulisan diatas, terinspirasi dari teh Jasmine, akun line sebuah LDK, terus coba saya masukin ke kebiasaan orang-orang di lingkaran saya]

…in sya Allah bersambung, tentang jatuh cinta: [ke-tertarik-an and how to manage it]

-Regards

Yunita Sakinatur

15.02

Cikarang Utara, 24 November 2017

Yang terideal

Pernah dengar lagu yg liriknya pakai skala pengukuran? 10 points out of 10 (miliknya 2PM pas debut). ter-perfect. 100%. atau yang terakhir ini: (oh sayangku kau begitu) Sempurnaa… Pernah dong ya

Masalahnya sering kali dunia ini terlalu subjektif dalam hal ukur mengukur. Tidak seperti penggaris yang ngukur panjang suatu bidang; bidang datar bisa pakai penggaris kaku, bidang ngga datar bisa pakai penggaris lentur (yg biasa dipakai buat ngukur lingkar badan itu lho). Orang-orang di dunia ini (lebih tepatnya) terlalu subjektif untuk melakukan kegiatan ukur mengukur. Tergantung pola pikir dan keadaan sekelilingnya, serius deh. Coba ya, misal nih, waktu dua menit itu harusnya cukup banget buat muroja’ah hafalan, tapi waktu dua menit itu ngga cukup untuk nonton video di media sosial, apalagi nontonin vlog orang. Masalah banget kan

Sebentar, masalah itu hadir ketika keinginan tidak sesuai dengan kenyataan. Beberapa literasi merumuskannya sesederhana itu sih. Rugi banget ya kalau kita hidup terus-terusan bersama masalah dan ngga bisa berdamai. Masalah itu sebenernya ngga bisa dihilangkan sih, tetapi bisa di-manage. Entah keinginan diturunkan, atau mem-push usaha supaya kenyataan berubah jadi lebih baik.

Antara konsep “masalah”, “rugi”, “managing yang bisa di-manage” sama “mem-push usaha” kita semua terbatasi sama yang namanya “waktu”. Bahkan Allah bersumpah dengan “waktu.” Bukan maksud saya menggurui tentang tafsir Quran dan sebagainya, karena saya tidak belajar secara mendalam metodologi tafsir Quran, dan belum jadi hamilul quran juga sih. Hanya saja, ini lho manusia.. Allah benar-benar membahas “waktu” dan “kerugian”

Kalau misalkan ini diresume, konsep “kesempurnaan” “keterbatasan” dan “usaha” dan “waktu” sebenernya jawaban dari segalanya udah ada. Kita ingin jadi manusia sempurna, tapi kita punya banyak masalah, yang bikin diri kita jadi ngga perfect, jadinya kita ngga bisa-bisa mencapai kesempurnaan. Entah itu kesempurnaan diri, mental, perilaku, karier, maupun rencana. Kita juga punya ruang terbatas yg disebut “waktu”. Nah karena waktu adalah komponen yang paling ngga bisa kita atur,sebenernya Allah udah ngatur waktu atau jadwal itu ideal banget.

Seideal-idealnya jadwal, adalah jadwal sholat.

Idealnya muslim itu, bangun pagi ngikutin jadwal Tahajud. Leader-leader, General Manager, CEO perusahaan besar dan kaya punya kebiasaan bangun sangat pagi. Mereka bangun dari sebelum subuh buat ngerjain banyak hal, dan mereka bisa survive juga well-being nya sangat bagus. Apalagi muslim yang udah tahajud hm

Idealnya muslim itu, sholat subuh tepat waktu dan ngga tidur lagi (atau ngelanjut tidur) abis subuh. Langsung kerja, atau minimal selesain tilawahnya (soalnya selemah-lemahnya muslim itu ngga khatam Qur’an dalam durasi satu bulan), atau minimal nambah hafalan Qur’an.

Idealnya muslim itu, sholat Dzuhur tepat waktu, karena sebelum adzan Dzuhur berkumandang biasanya kita udah kerja/nugas/beraktivitas sebanyak satu hingga 2 shift, ya otomatis kita akan lapar. Jadwal Dzuhur itu kapan sih? kalau dekat-dekat ini sih setengah 12 sudah masuk waktu Dzuhur, supaya ngga lapar banget pas ngerjain sholat, jam 11 kita butuh rehat. Yaps, bukankah sebelum sholat kita harus berbenah (bersih diri dan segala kebutuhan yg perlu diselesaikan sebelum sholat).

Idealnya muslim itu sholat Ashar tepat waktu. Bagi yang terbiasa melakukan aktivitas harian di sore hari jam 16.00 dst, terutama dikalangan pelajar Jogjakarta sih. Kita tahu bahwa alokasi waktu tersebut adalah semacam prime time segala aktivitas yang menunjang diri kita untuk belajar di luar kampus. Misalnya kamu ada agenda jam 16.00, padahal kamu ada kelas sampai jam 16.00. Kalau kamu keluar kelas jam 16.00 dan baru antre wudhu dst, maka kamu akan menjadi pribadi yang telat ke agendamu (paling ngga jam 16.30 baru bisa “in” ke agendamu yg jam 16.00 itu kan. Nah gimana nih caranya biar segalanya enak, disiplin dan tidak mendzolimi yang lain? (konsep dzolim= dzolim adalah tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya). Adzan ashar akhir-akhir ini sekitar setengah empat, kamu bisa keluar kelas pada saat adzan, tapi kamu takut ketinggalan informasi penting dari dosenmu, maka yang harus kamu lakukan adalah sudah kelar dengan materi yang akan disampaikan dosenmu hingga akhir kelas (biasanya ada suatu buku panduan atau silabus gitu right?) maka syarat kamu keluar kelas hanya itu, ditambah titip ke teman sih kalau-kalau ada pembagian tugas dan semacamnya. Sholatitu butuh bersih-bersih dst ribet, ya kamu bersih-bersih dst nya sebelum masuk kelas lah..

Idealnya muslim itu sholat magrib tepat waktu. Prinsipnya gini, dirikanlah sholat,karena sholat mencegahmu dari berbuat jahat. Tahukan kalau magrib itu zona buru-buru. Lihatin aja traffic light yang ada, kalau jam magrib serba ngga enak perasaannya, dan kayaknya banyak energi negatif deh kalau semua orang buru-buru dan gelisah karena macet. Pilihlah sholat magrib di sekitar tempatmu terakhir beraktivitas, jangan buru-buru pulang kalau pada akhirnya sampai rumah malah kelelahan di jalan yang sumpek. Atau kalau kamu bisa pulang lebih awal, itu lebih baik.

Idealnya muslim itu sholat isya tepat waktu. Misal hari ini kamu lembur, tapi adzan isya sudah berkumandang saja padahal lemburanmu nanggung, dan kayaknya jam 20.00 sudah selesai nih. Pecayalah! keyakinan seperti itu palsu. Sholatlah isya tepat waktu, karena sholat adalah fasilitas refresh diri dari Allah. Mungkin sholat Isya tidak menjadikan lemburmu berakhir di jam 20.00 tapi di 21.00. Dan hitung-hitungan manusia tidaksama dengan hitung-hitungan Allah, ilmu Allah itu luas. Ketika kamu memilih lembur, dan tidak sholat isya di awal waktu, kamu akan mengerti rasanya baru selesai mengerjakan lemburanmu dengan rasa penat danlebih dari jam 22.00.

Oke mungkin semua yang ideal menurut saya diatas itu sangat subjektif dan penuh dengan ketidaklogisan. Tapi percayalah ini hasil eksperimen dari: fawaylul lil mushollin alladzinahum an sholatihin saahun, arra’du 34, wasariu ilamagfirotim mir robbikum wajannah juz 4 dll.

eh kok kaya ngga klimaks ya? haha. Ah sudahlah.. maaf ya ngga pinter dalam berkata-kata di Tumblr, tapi tetap kekeuh nulis, intinya mau ngajakin jadi pribadi yang ideal aja sih, pribadi yang ikutin jadwal idealnya dari langit, jadi manusia yang dikuasai jadwal sholat, sebelum dikuasai jadwal-jadwal penting lainnya. Toh dunia terlalu spele dibanding kita yang terlahir untuk jadi pemakmur bumi.

Wallahu a’lam..

-Regards, Yunita Sakinatur

9:09 PM

Yogyakarta, 9 Agustus 2017 dilengkapi pada tanggal 29 Oktober 2017 setelah saya bereksperimen sepanjang Juli-Oktober.

Selamat pendadaran!

Bayi makan

Satu hal yang aku suka dari keluarga kecil ini, mereka gak pernah ngelarang bayinya mau ngapain, mau ngeeksplor apapun dibolehin, yg penting didampingi. Ngga pernah bilang “jangan” juga ke anaknya sepengelihatanku via IG, YouTube ataupun TV.

Terus karena oralnya terlatih lewat BLW kali yah, jadinya pas main di pasir, si bayi ini (yg udah jadi toddler) , dia gak pernah sih sejak bayi gitu, masukin ke mulutnya pasir atau sekop ember dll, tiap main di pantai. Itu salah satu kelebihan anak-anak BLW deh menurut hemat saya.

BLW itu apa? In sya Allah berlanjut 🙂

Motivasi Allah, untuk bersegera

Pada dasarnya akan ada banyak sekali ayat yang kita favoritkan, tapi mari coba kita ulas secara komprehensif “maksud yang ingin Allah sampaikan” melalui ayat ini (Qs.Ali Imron : 133). Tidak jarang buku-buku tafsir menyampaikan tafsiran Qur’an nya melalui serangkaian ayat, termasuk dua buku yang menjadi rujukan utama saya menulis ini. Baik tafsir Ibnu Katsir maupun tafsir Al Munir memulai ulasannya dari ayat 130, tentang bermuamalah, tentang bagaimana seharusnya seorang muslim dalam berinteraksi keuangan, yaitu utang piutang dan “bunga” atau yang sering kita kenal sistem riba. Saking sempurnanya sistem hidup islam, urusan uang-pun diulas.

Riba itu intinya tidak diperbolehkan karena tidak mengandung prinsip berkeadilan. Bahkan riba termasuk fahisyah (red:dosa besar, yang kerusakannya tidak hanya merugikan si pelaku dosa, bahkan dampaknya ke orang lain) setara dengan dosa berzina, mengingkari Allah, dan durhaka kepada orang tua. Sekali lagi jalan hidup yang diajarkan islam menurut saya sempurna, tidak hanya melulu mengenai praktek ibadah tetapi juga bagaimana ber-urusan sesama manusia.

Mengenai motivasi Allah untuk bersegera di Ali Imron ayat 133 ini, sesungguhnya linier dengan Al Hadiid ayat 21. Walaupun konteks “jannah” dan “bersegera” nya berbeda (in sya Allah nanti akan kita ulas di lain waktu, biidznillah).

Allah memotivasi kita untuk bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan bersegera mendekatkan diri pada Allah, linier dengan AlHadiid:21.

Pararel dengan ayat ke 134, Allah menggambarkan sifat-sifat penduduk surga. Sifatnya adalah mereka melakukan amal shalih dalam keadaan lapang maupun sempit. Sesedih apapun atau sebahagia apapun tetap mengerjakan amal shalih, linier dengan prinsip istiqomah. Istiqomah sendiri asal katanya adalah (Qo-ma) (Mus-ta-qiim;pada AlFatihah ayat 6) dan (Yu-qii-mu-na) intinya tegak. Nah karena ada huruf SIN nya, (iS-ti-qo-mah) maka maknanya adalah sebuah permintaan dari yang berbicara. Jadi kalau diambil kesimpulan makna dari istiqomah yaitu diminta untuk terus tegak dan naik, dan outputnya kita semakin menuju ke Allah.

Kembali lagi ke bagian sifat penduduk surga, yg melakukan amal shalih ketika sempit maupun lapang, sifat lainnya adalah mereka yang mampu menahan amarahnya -> kemudian memaafkan -> dan mendapat maqam “muhsinin” yg dicintai Allah. Nah, antara menahan amarah dan memaafkan ini,prosesnya tanpa jeda waktu sama sekali.

Ada hal menarik disini yang perlu di-bold, Allah menyampaikan “menahan amarahnya” dengan kosa kata Al-Ghaizh, padahal kosa kata marah “Ghadab” lebih populer untuk kita gunakan (terutama anak2 pesantren pasti dapet kata sifat -Ghadab- di pelajaran bahasa Arab). Al-Ghaizh = kemarahan yang amat sangat besar, dan dirasa sangat menyakitkan yg timbul akibat terganggunya sesuatu yang bersifat materi (seperti anak, harta) atau sesuatu yang sifatnya pride, maknawi berupa kemuliaan dan harga diri. Jadi seseorang yg dapat menahan amarahnya yg sebesar itu dan kemudian memaafkan *tanpa ada jeda waktu, sama sekali* maka itulah sifat penduduk surga.

Lalu bagaimana dengan kita yang kadang suka mendzalimi diri sendiri, sehari taat banget, top ibadah dan amal-amalnya. sehari kemudian jadi ahli maksiat, tidak mampu menahan godaan untuk berbuat dzalim pada diri sendiri.  Atau parahnya, sehari jadi ahli maksiat, sehari jadi orang baik, begitu terus selanjutnya selalu berulang, dan keadaan ini membuat sebagian dari kita ga pernah tenang. 

Apa motivasi Allah bagi orang- orang “labil” seperti keadaan barusan? 

in sya Allah bersambung

-Regards, Yunita Sakinatur

11:09 PM

Yogyakarta, 28 Agustus 2017

 

Yogyakarta, 28 Agustus 2017

Konflik

Tanpa konflik dunia ini statis dan ngga seru. Pernyataan ini benar ngga? Contohnya kamu sendirian dirumah, terus adik/sodaramu dateng. Ngerecokin ketenanganmu, akhirnya kamu ngga kesepian lagi kan di rumah?

Dimulai dari konflik intraindividu, konflik antara bagian dirimu yang satu dengan bagian yang lain. Setiap detiknya manusia selalu berkonflik. Ambil bagian ini, atau bagian itu. Pilih keputusan ini atau keputusan itu. Dan tentu saja ngga melulu antara yang baik dengan yang buruk (kaya narasi di kartun- kartun atau film- film jaman dulu; diatas bahu kanan pemeran ada malaikat putih bisikin kebaikan yang kiri ada iblis hitam bisikin keburukan). Bisa juga terjadi konflik antara milih jalan baik dengan jalan baik. Makanya dulu pas di boarding school, aku lupa waktu itu sesi apa, dibeberapa kasus kami disuru memilih yang paling kecil keburukannya dari beberapa pilihan baik, gitu. Dulu sih pas di boarding school ngga begitu paham, karena semua terlihat baik dan sangat homogen.

Bisa juga terjadi konflik antara milih jalan baik dengan jalan baik.

Ngomong- ngomong soal konflik, sebenarnya untuk beberapa orang diatas sana, yah katakan lah begitu, (orang- orang yang sudah kelar dengan urusannya sendiri dan memiliki hajat menyangkut orang banyak, seperti misalnya presiden, bisa menciptakan konflik) oh bukan, kata dosenku (di kelas Resolusi Konflik), dan menurut literasi yang kami baca, fungsi konflik itu dimunculkan untuk dapat memunculkan perubahan. Atau bisa saja beberapa konflik yang ada, sengaja dimunculkan untuk pengalihan isu. Nah, karena sebenarnya dalam setiap konflik itu ada periodenya sendiri. Ketika konflik “kok rasa- rasanya tiap hari seperti akan pecah, dan selalu terjadi eskalasi,” ya disitulah kita bisa curiga kalau konflik yang dimunculkan bukan untuk memunculkan perubahan atau dorongan berubah, apalagi lead to new ideas.

Tapi masa konflik cuma bisa diciptain “orang diatas sana” doang sih? Padahal yang pengen dunia ini jadi seru ga cuma “orang diatas sana”, kita juga pengen. Mengacu pada statement pertama Tanpa konflik dunia ini statis dan ngga seru. Percayalah konflik itu bisa kita ciptakan. Ibaratnya gini, kamu seorang manajer dari hidupmu, kamu menciptakan target buat anak buahmu (yaitu dirimu sendiri) maka kamu sudah berhasil membuat konflik. Mendorong perubahan.

Percayalah konflik itu bisa kita ciptakan. Ibaratnya gini, kamu seorang manajer dari hidupmu, kamu menciptakan target buat anak buahmu (yaitu dirimu sendiri) maka kamu sudah berhasil membuat konflik. Mendorong perubahan.

Jadi konflik ngga melulu negatif, konflik ngga melulu menyebalkan. Konflik membawa ide baru. Konflik bisa mendorong perubahan, bisa membangun kesadaran, bahkan mengukuhkan identitas diri. Karena saya pikir, tulisan saya kali ini minim literasi, lebih banyak opini saya dan beberapa omongan dosen saya masukkan. Mungkin tulisan saya selanjutnya akan mebahas lebih detail dan lebih kaya literasi. hehe

Bahkan konflik dapat mengukuhkan identitas diri.

Seseorang yang sudah ‘terisi’ dengan sesuatu yang dianggapnya (atau dipegangnya) merupakan hal yang benar, maka akan susah untuk dimasuki hal baru. Ketika sesamanya (dari kubu lain) menyampaikan bahwa ada sudut pandang yang berbeda, dan tidak bisa dicerna oleh kognitif orang yang bersangkutan, maka ada kacamata yang butuh untuk dibenahi.

– Regards, Yunita Sakinatur

1:34 PM

Yogyakarta, 29 November 2016

Tidak Toleran

Tidak banyak dari kita yang tidak toleran terhadap diri sendiri, permisif sama diri sendiri. “Ah gapapa ah mulai baca bukunya 30 menit lagi deh leye- leye dulu,” “ah gapapa ah beresin kamarnya nanti aja kalau sudah jam sekian, biar sekalian mepet berangkat,” “cuciannya masih dikit kok, ntar ah nunggu tambahan baju kotor dikit lagi, biar sekalian” “bentar deh nugasnya tunggu 3 jam lagi, masih nyukup deadline besok kok,” “ah gapapa ah makan nasinya ntar aja 2 hari lagi (situ puasa apaan?)

Pikiran- pikiran yang kaya gini nih yang bersemayam di otak orang- orang penuh toleran (sama diri sendiri). Kalau kenyataannya kamu ngga bisa bilang “ngga kokk aku ngga kaya gitu, sorry aku bukan termasuk golongan toleran, aku intoleran,” selamat! Kamu punya temen, yaitu aku. Sedih ya? Sama kok. Nah masa sih kita pasrah sama keada-aaaan~ jangan lah ya.. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” potongan ayat dari Alqur’an surat Arra’du ayat sebelas. Oke, potongan ayatnya jelas, kamu ngga mengubah keadaan sifat toleranmu≠ Allah tiba- tiba ngasih sifat intoleran ke kamu.

“Ngga kokk aku ngga kaya gitu, sorry aku bukan termasuk golongan toleran, aku intoleran,” Selamat! 

Siap aku mau berubah, tapinya gimanaa? Gimana ini, ngomong “aku sudah mau berubah” mah gampanglah ya. Caranya gimana? Timingnya kapan? Kok sepertinya kita tidak pernah menemukan waktu yang tepat. Hmm baiklah. Sini aku kasih tau, caranya berubah adalah…

Jadi tho, menurut guru Konseling Kelompok tempat ku sekolah (guru Nit? Iya soalnya penghormatan ke beliau bukan sekedar dosen, dia adalah guru), ada komponen yang namanya “willingness + readiness” (kalau di kamus sih ‘kemauan + kesanggupan’). Tapi udah lupa itu masuk proses terapeutik yang mana, maklum nilai A+ nya didapet karena presentasi kelompok kami yang bagus dan edukatif. Jadinya kamu jadi ngasih tau caranya berubah ngga Nitt?

Sini aku ceritain aja deh, misal (keadaan 1) tugas tidak dikerjakan karena belum mood ngerjainnya. Memunculkan (keadaan 2) nanti aja deh nunggu mood (keadaan 3mood nya makin negatif karena gelisah kok tugasnya ngga kelar- kelar ya.. [ini masuk irrasional beliefs, kepercayaan yang ngga rasional, yaiyalah gimana bisa kelar kalau ngga digarap- garap] (keadaan 4) mulai deh tuh kena panik dan disstress [fyi, stress itu ada 2. distress & eustress. Yg negatif yg disstress] (keadaan 5) menyalahkan diri, mencaci maki diri, karena tugasnya ngga jadi dikerjain sampe mepet deadline, atau kelar pas deadline tapi rasanya ngga maksimal hasil tugasnya, lalu ngerasa jadi orang yang paling gagal.

Keadaan 1-5 ini membentuk sebuah lingkaran, menjadi kebiasaan, lalu kita menjadi orang- orang yang toleran terhadap diri sendiri, toleran dengan mood atau kita menjadi orang- orang yang toleran, nunda- nunda pekerjaan, [ya Allah kami berlindung dari keadaan ini]. Tapi gimana cara memutus lingkaran setan ini?

Mari kita lihat secara seksama keadaan 2. Nanti aja deh nunggu mood, adalah keadaan yang butuh dihilangkan, dilenyapkan, dimusnahkan, dilupakan, diabaikan, dibuang. Why? Buku ngga pernah berharap pembacanya happy ketika baca, buku cuma mau tau, kamu selesai baca aku. Kamar yang minta diberesin itu ngga pernah punya keinginan buat pemberesnya happy ketika diberesin, dia cuma pengen dirinya rapih. Cucian kotor ngga pernah berharap kamu happy mencuci banyak baju, cucian kotor cuma butuh dirinya jadi bersih lagi. Dan ini poin yang paling penting: Dosen ngga pernah berharap mahasiswanya ngerjain tugas dengan riang gembira penuh suka cita, dosen cuma butuh mahasiswanya ngumpulin tugas tepat waktu, kelar.

Dosen ngga pernah berharap mahasiswanya ngerjain tugas dengan riang gembira penuh suka cita, dosen cuma butuh mahasiswanya ngumpulin tugas tepat waktu, kelar. 

Ini orang ngga punya perasaan banget sih, no. Bukan itu, ketika kamu sibuk dengan moodmu kamu akan terkontaminasi dengan irrational beliefs. Padahal kalau kamu langsung mengerjakan apa yang harusnya kamu kerjakan, tertib sama diri sendiri, tertib sesuai jadwal, maka seiring berjalannya waktu, ketika kerjaanmu selesai, mood kamu akan jadi lebih baik. Masih ngga percaya? Udah cobain aja.

timingnya? disini: langsung kerjakan apa yang harusnya kamu kerjakan

Trust me it works

Semoga bermanfaat

aku juga masih belajar

-Regards, Yunita Sakinatur

7:30 AM

12 Juni 2016

Some reason

“Facebook account and Instagram not suitable for every personality. And many times I think that account not suit to me. It’s​ not just share information to other what i’ve done and informing the new knowledge to me. It’s also raising new activity to wasting my time, and I get older but doing nothing in reality. İt’s not good for my mental health.
So I quit from that accounts.” yunitasakinatur.tumblr.com Jul 11th, 2017

Tiga hari yang lalu saya prepare banyak hal, tepat tanggal 6 dini hari saya sampai di tempat hijrah/perantauan baru (keluar Jogja). Karena tanggal 5 seharian saya tidak buka Tumblr, jadi biasa aja. Saya biasa saja karena masih mengira gadget atau koneksi saya yang eror. Ternyata ada ini ada ini, dan ini ini ini ini ini ini lainnya… hua sedihh. Banget. tapi saya ngga mau bahas ini lagi. Mungkin ada hikmahnya saya bisa mendapatkan ceruk baru, karena beberapa kali pembaca setia Releasing mind~ yg ga punya akun Tumblr, sedih ga bisa baca tumblr saya..

Intinya, sebenarnya kenapa rilisan pikiran saya, terutama yang ada di Tumblr “Releasing mind~” ikutan hijrah (bersamaan saya pindah tempat belajar) kesini, biar accessible sama semua teman-teman.

‘Alaa kulli hal, saya hanya ingin merilis pikiran-pikiran saya.

🙂

-best regards, Yunita Sakinatur

Jalan Anyelir
Thursday 17.38
March 8th, 2018